MAKALAH
Pengetahuan produk
(Didedikasikan untuk memenuhi tugas mata
pelajaran pengetahuan produk)
Di Susun Oleh
Agung Sukmana
Fauzan Zahran Ar-Raup
Kiki Asmana
Riki Suardi
Sekolah
Menengah Kejuruan Islam Terpadu Daarul Abror
Jl.Raya Cibiuk Desa Cibiuk
Kaler Kecamatan Cibiuk
Kabupaten Garut Provinsi
Jawa Barat 44193
Dimensi kualitas jasa
Kualitas
merupakan tingkat kesesuaian dengan persyaratan, dalam hal ini persyaratan
pelanggan. Total quality service merupakan konsep tentang bagaimana
menanamkan kualitas pelayanan pada setiap fase penyelenggaraan jasa yang
melibatkan semua personel yang ada dalam organisasi (Handriana, 1998).
Beberapa
dimensi kualitas jasa diteliti oleh banyak ahli. Parasuraman dkk. (1985)
pada riset eksploratori mereka meneliti kualitas jasa dan faktor-faktor yang
menentukannya. Mereka menemukan 5 dimensi kualitas jasa, yaitu:
- Reliability: kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan memuaskan.
- Responsiveness: kemampuan untuk memberikan jasa dengan tanggap.
- Assurance: kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
- Emphaty: kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan.
- Tangibles: fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.
Lehtinen
dan Lehtinen (1982) membagi dimensi kualitas jasa menjadi 3, yaitu:
interactive quality yang berkenaan dengan kontak personal, physical
quality yang berkenaan dengan fasilitas fisik yang mendukung kulitas
jasa dan corporate quality yang melibatkan image perusahaan. (Babacus
dan Boller, 1992).
Gronroos
(1984) membagi dimensi kualitas jasa menjadi 2, yaitu: technical
(kualitas teknik) dan functional (kualitas fungsional) Kualitas
teknik adalah apa yang pelanggan dapatkan, sedangkan kualitas fungsional
mengacu pada bagaimana mereka menerima jasa pelayanan. (Babacus dan
Boller, 1992).
Hedvall
dan Peltschik (1989) membagi dimensi kualitas jasa menjadi 2, yaitu: wilingness
and ability to serve (kemauan dan kemampuan untuk melayani) dan physical
and psychological access (akses fisik dan psikhologis) (Babacus dan
Boller, 1992).
Babakus
dan Boller (1992) dalam riset yang dilakukan pada perusahaan pengguna jasa
industri listrik dan gas di metropolitan Amerika Selatan gagal mereplikasi
penelitian Parasuraman dkk. (1985) yang menggunakan 5 dimensi kualitas
jasa. Berdasarkan hasil dari analisis faktor yang dilakukannya, hanya ditemukan
2 dimensi kualitas jasa. Hal ini sejalan dengan penemuan Carman (1990),
yang menemukan indikasi kemungkinan dimensi kualitas jasa terdiri dari 5-9
dimensi, tergantung pada jenis industri jasa/tipe jasa yang akan diukur
(Babacus dan Boller, 1992).
Dari
berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi kualitas jasa akan
tergantung pada jenis industri jasa yang akan dinilai. Pada jenis industri
jasa yang berbeda kemungkinan memiliki dimensi kualitas yang berbeda pula.
Mengelola
penawaran dan permintaan jasa
Menyesuaikan kapasitas dan
permintaan perusahaan jasa umumnya sulit dilakukan, karena jasa bersifat tidak
tahan lama (perishable). Selain itu variabilitas dalam kapasitas jasa
juga sangat tinggi. Penyebabnya adalah partisipasi pelanggan dalam penyampaian
jasa, padahal setiap pelanggan bersifat unik.
Sebagian
besar operasi jasa memiliki batas maksimum kapasitas produktif. Jika permintaan
melampaui penawaran, maka ada kemungkinan perusahaan akan kehilangan sebagian
pelanggannya atau mungkin juga pelanggan terpaksa menunggu. Kondisi ini kontras
dengan keadaan bila penawaran melebihi permintaan, di mana kapasitas produktif
tersebut akan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan. Oleh karena itu
setiap perusahaan jasa perlu memahami faktor-faktor yang mernbatasi kapasitasnya
dari pola permintaan yang dihadapi.
Dalam setiap momen tertentu, jasa
berkapasitas tetap akan menghadapi salah satu dari empat kondisi berikut
(perhatikan gambar 6.9):
1. Permintaan berlebihan
Dalam kondisi ini, tingkat
permintaan jauh melampaui kapasitas maksimum yang tersedia. Sebagai akibatnya
ada sebagian pelanggan yang tidak dapat dilayani dan perusahaan kehilangan para
pelanggan tersebut.
2. Permintaan melampaui kapasitas
optimum
Dalam kondisi ini, tidak ada satupun
pelanggan yang ditolak atau tidak dilayani. Akan tetapi kondisinya sangat
ramai/penuh sesak, sehingga hampir semua pelanggan kemungkinan besar
mempersepsikan adanya penurunan kualitas jasa yang diberikan perusahaan.
3. Permintaan dan penawaran seimbang
pada tingkat kapasitas optimum
Staf dan fasilitas perusahaan sibuk
tanpa harus memiliki beban kerja yang berlebihan, dan para pelanggan menerima
jasa berkualitas tanpa ada penundaan.
4. Kapasitas berlebihan
Permintaan berada di bawah tingkat
kapasitas optimum, sehingga ada sebagian sumber daya yang terbuang percuma (ada
kapasitas menganggur).
Pada keempat kondisi di atas,
kapasitas maksimum yang tersedia dibedakan dengan kapasitas optimum. Apabila
permintaan melampaui kapasitas maksimum, maka sebagian pelanggan potensial
tidak terlayani dan perusahaan kemungkinan akan kehilangan mereka selamanya.
Sedangkan jika permintaan berada di antara kapasitas optimum dan maksimum, maka
ada risiko bahwa semua pelanggan yang dilayani pada saat itu akan menerima
pelayanan yang kurang baik, sehingga mereka tidak puas.
* Permintaan dan penawaran seimbang
** Mungkin merupakan tanda tanda
yang buruk
a Permintaan melebihi kapasitas
(peluang bisnis hilang)
b Permintaan melampaui kapasitas
optimum (kualitas jasa menurun)
c Kapasitas berlebih (pemborosan
suniber daya)
Meskipun demikian, kadangkala
kapasitas optimum dan maksimum sama saja. Misalnya panggung pertunjukan (musik,
drama, teater, film) atau stadion, semakin banyak yang menonton (bahkan bila
kapasitas terisi penuh), maka para penonton akan semakin puas dan gembira. Di
lain pihak ada pula situasi di mana pelanggan akan merasakan pelayanan yang
lebih baik jika perusahaan tidak beroperasi pada kapasitas penuhnya. Sebagai
contoh, kualitas jasa fotokopi bisa menurun apabila semua mesin fotokopi terpakai
dan jadwalnya sangat padat. Akibatnya sebagian pelanggan terpaksa harus
menunggu gilirannya.
Ada dua pendekatan pokok untuk
mengatasi masalah fluktuasi permintaan, yaitu menyesuaikan tingkat kapasitas
untuk memenuhi variasi permintaan dan mengelola tingkat permintaan.
STRATEGI MENGELOLA PERMINTAAN
Agar suatu perusahaan jasa dapat
mengendalikan variasi permintaannya, maka perlu ditentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan. Sumber informasi yang bisa dipergunakan untuk
kebutuhan itu adalah data penjualan historis, publikasi umum, dan survai
pelanggan. Beberapa pertanyaan berikut sangat membantu dalam identifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:
1. Apakah tingkat permintaan
mengikuti siklus tertentu yang dapat diprediksi? Jika ya, apakah lamanya siklus
tersebut satu hari (bervariasi menurut jam)? satu minggu (bervariasi menurut
hari)? satu bulan (bervariasi menurut hari atau minggu)? satu tahun (bervariasi
menurut bulan atau musim)? periode lainnya? Seringkali berbagai macam siklus
bisa berlaku untuk satu permintaan tertentu. Misalnya, permintaan akan jasa
angkutan penumpang bisa bervariasi menurut jam dalam satu hari, hari dalam
setiap minggu, dan musim dalam setiap tahun.
2. Apa penyebab utama dari variasi
siklikal tersebut?
· Jam kerja
· Tanggal pembayaran gaji dan upah
· Hari sekolah dan liburan
· Perubahan musim
· Dan lain-lain
3. Apakah tingkat permintaan berubah
secara acak? Jika ya, apakah penyebab utamanya adalah:
- Perubahan cuaca dari hari ke hari. Misalnya hujan berpengaruh terhadap permintaan akan jasa pertunjukan luar ruangan dan dalam ruangan.
- Peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan yang tidak dapat ditentukan secara pasti. Misalnya serangan jantung dan kelahiran mempengaruhi permintaan akan jasa rumah sakit.
- Kecelakaan, bencana alam dan aktivitas kriminal tertentu. Jasa-jasa yang terkait dengan situasi ini adalah kepolisian, rumah sakit, pemadam kebakaran, regu penyelamat, asuransi, dan lain-lain.
Bila dikaitkan dengan situasi
kapasitas terhadap permintaan, ada beberapa macam pendekatan yang bisa
diterapkan untuk mengelola permintaan (memperhalus fluktuasi permintaan),
yaitu:
1. Tidak melakukan apapun
Dalam pendekatan ini, perusahaan
membiarkan tingkat permintaan seperti apa adanya, tanpa melakukan pengurangan ataupun
penambahan. Bila dikaitkan dengan situasi kapasitas terhadap permintaan, ada
tiga kemungkinan yang bisa terjadi:
a. Situasi kapasitas tidak memadai
(permintaan berlebih):
Akan terjadi antrian yang tidak
teratur, sehingga dapat mengecewakan sebagian pelanggan dan membuat mereka
tidak akan memanfaatkan jasa perusahaan lagi di masa mendatang.
b. Kapasitas memadai (permintaan
memuaskan):
Kapasitas dirnanfaatkan secara
penuh.
c. Kapasitas berlebih (permintaan
kurang):
Sebagian kapasitas terbuang percuma.
Penonton bisa memiliki pengalaman yang mengecewakan dan berpengaruh terhadap
pembelian ulang. Misalnya restoran dan bioskop yang sepi pengunjung bisa
menimbulkan kesan bahwa kualitasnya jelek dan kelangsungan hidup usahanya
diragukan.
2. Mengurangi permintaan
Pendekatan ini dilaksanakan dengan
cara mengurangi permintaan pada periode permintaan puncak. Dalam kondisi
permintaan jauh melampaui kapasitas, penetapan harga yang lebih mahal dapat
meningkatkan laba. Namun demikian, perusahaan harus mempertimbangkan secara
cermat elastisitas harga terhadap jasa perusahaan, yaitu seberapa besar
pengaruh perubahan harga terhadap perubahan volume permintaan pelanggan atas
jasa perusahaan. Setiap tipe pelanggan memiliki tingkat sensitivitas harga yang
berbeda Misalnya saja para eksekutif dan pelaku bisnis cenderung bersedia
membayar lebih mahal untuk jasa penerbangan dibandingkan para wisatawan lokal
biasa. Oleh karena itu dalam industri penerbangan sering dijumpai kelas
pelayanan yang berbeda, yakni kelas eksekutif dan kelas ekonomi. Tarif untuk
kelas eksekutif lebih mahal, tetapi mendapatkan beberapa fasilitas pelayanan
yang lebih baik, seperti tempat duduk yang lebih nyaman dan luas, pelayanan
yang lebih personal, menu hidangan yang lebih bervariasi, dan lain-lain.
Selain itu perusahaan perlu
mendorong pemanfaatan jasa pada waktu atau kesempatan lain. Cara yang ditempuh
adalah menerapkan differential pricing atau menggunakan insentif harga,
misalnya memberikan potongan harga khusus untuk interlokal pada malam hari dan hari
libur. Cara lain adalah dengan melakukan demarketing pada periode sibuk,
misalnya menggunakan iklan yang mendorong agar konsumen berbelanja lebih awal
sehingga tidak perlu berdesak-desakan pada saat-saat menjelang lebaran. Iklan
tersebut bisa juga disertai dengan potongan harga khusus yang menarik.
3. Meningkatkan permintaan
Pendekatan ini bertujuan
meningkatkan permintaan pada saat terjadi kapasitas berlebihan. Harga dapat
diturunkan secara selektif agar semua biaya relevan (relevant costs) tertutupi.
Di samping itu perusahaan juga perlu memanfaatkan komunikasi dan distribusi
(lokasi dan timing penyampaian jasa), serta menciptakan variasi jasa
(yang memberikan nilai tambah) agar dapat menaikkan tingkat penggunaan jasa
oleh pelanggan. Sebagai contoh, untuk menaikkan tingkat huni suatu resort
hotel selama periode sepi, hotel tersebut digunakan pula sebagai tempat
retret. Kapasitas berlebihan sering menjadi masalah utama pada fasilitas jasa
yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Misalnya saja pemakaian
telepon, taman hiburan, jasa angkutan umum dalam kota dan luar kota, dan
lain-lain. Permintaan pada masa-masa sepi, di mana kapasitasnya menjadi
berlebihan, dapat pula ditingkatkan dengan cara penetapan harga diferensial.
4. Menyimpan permintaan dengan
sistem reservasi dan janji Pendekatan ini bertujuan untuk menyimpan permintaan
sampai tersedia kapasitas yang memadai. Cara yang ditempuh adalah membuat suatu
sistem reservasi atau janji (appointment), di mana pelanggan dijanjikan
akan dilayani pada waktu tertentu. Dengan demikian pelanggan tidak perlu
mengantri lama. Sistem reservasi dan janji banyak diterapkan
perusahaan-perusahaan penerbangan, restoran, hotel dan motel, penyewaan mobil,
bioskop, dokter, psikolog, dan konsultan. Dalam praktik, untuk mengantisipasi
agar tidak terjadi kerugian akibat reservasi yang tidak dipergunakan, tidak
jarang suatu perusahaan menerima reservasi melampaui tempat yang tersedia.
Namun cara ini mengandung resiko. Yaitu apabila semua reservasi akan digunakan
pada saat bersamaan. Untuk itu perusahaan perlu mengembalikan uang pelanggan,
memberikan ganti rugi, dan/atau mencarikan pengganti jasa untuk pelanggan yang
telah memesan tetapi tidak terlayani. Misalnya penerbangan yang dibatalkan
harus dicarikan gantinya pada penerbangan berikutnya. Hotel yang telah terisi
penuh mengalihkan sebagian tamunya yang tidak tertampung ke hotel terdekat yang
kualitasnya setara.
Dalam sistem reservasi maupun janji,
perusahaan perlu pula mempertimbangkan sistem prioritas bagi segmen-segmen
pasar utama (yang paling diinginkan). Sedangkan pelanggan lainnya diarahkan
untuk mengubah/mengalihkan waktu konsumsinya ke periode tidak sibuk atau ke
periode puncak yang akan datang.
5. Menyimpan permintaan dengan
antrian formal
Pendekatan ini bertujuan untuk
menyimpan permintaan dengan cara mengembangkan sistem antrian formal.
Perusahaan perlu menjaga kenyamanan selama pelanggan menanti gilirannya
dilayani. Di samping itu dibutuhkan pula upaya memprediksi secara akurat
periode dan lamanya menunggu.
6. Mengembangkan jasa atau pelayanan
komplementer selama waktu sibuk
Jasa komplementer disediakan untuk
memberikan alternatif kepada para pelanggan yang sedang menunggu, misalnya
penggunaan ATM (Automatic Tells Machine) di bank-bank, penambahan bar
pada suatu restoran, dan bioskop menyediakan pula video game di lobbynya. Jasa
komplementer dapat memberikan beberapa macam manfaat, Pertama, kegelisahan
pelanggan yang sedang menunggu dapat berkurang karena waktu menunggunya dapat
diisi dengan aktivitas lain. Kedua, perusahaan bisa memperoleh
penghasilan tambahan. Ketiga, permintaan agregat terhadap jasa
perusahaan bisa menjadi lebih seragam atau merata.
STRATEGI MENGELOLA PENAWARAN
Strategi-strategi yang dapat
diterapkan perusahaan jasa untuk menyesuaikan kapasitasnya dengan tingkat
permintaan yang berfluktuasi adalah:
1. Menggunakan karyawan paruh waktu
Karyawan paruh waktu banyak yang
dipekerjakan selama periode sibuk. Strategi ini banyak diterapkan pada jasa
yang terstandarisasi dan untuk tugas yang tidak terlalu banyak membutuhkan
keterampilan khusus. Misalnya toko-toko busana dan kantor pos mempekerjakan
tenaga tambahan paruh waktu (misalnya para pelajar dan mahasiswa yang ingin
mencari pengalaman atau menambah penghasilan) pada waktu menjelang Hari Natal
dan Tahun Baru, Lebaran atau saat-saat permintaan puncak lainnya.
2. Menyewa atau berbagi fasilitas
dan peralatan tambahan
Untuk menghindari investasi tambahan
yang cukup mahal dan tidak sepenuhnya dapat dimanfaatkan, perusahaan jasa dapat
menyewa fasilitas atau peralatan tambahan yang dipergunakan selama periode
puncak/sibuk. Alternatif lainnya adalah mengembangkan shared services, misalnya
beberapa rumah sakit secara bersama-sama membeli peralatan medis tertentu untuk
dipergunakan bersama. Beberapa perusahaan penerbangan juga dapat memanfaatkan
peralatan penanganan bagasi, pintu masuk, dan berbagai fasilitas lainnya secara
bersama-sama.
3. Menjadwalkan aktivitas downtime
selama periode permintaan rendah
Guna menjamin bahwa seluruh
kapasitas produktif perusahaan dapat tersedia selama periode puncak, maka
aktivitas-aktivitas seperti renovasi bangunan, reparasi, liburan karyawan, dan
pelatihan harus dijadwalkan selama periode permintaan diramalkan rendah. Dengan
kata lain, perusahaan menerapkan peak–time efficiency routines, di mana
karyawan hanya melakukan tugas-tugas pokok selama periode permintaan puncak. Di
samping itu, perusahaan menjadwalkan beberapa shift kerja dalam satu
hari. Penjadwalan ini sangat penting terutama bagi perusahaan jasa yang menghadapi
permintaan siklikal, seperti rumah sakit, bank, kepolisian, dan wartel.
4. Melakukan pelatihan silang (cross-training)
terhadap karyawan Para karyawan dilatih untuk melakukan berbagai macam
tugas, supaya mereka dapat saling membantu dan menunjang. Hal ini sangat
bermanfaat apabila terjadi bottleneck, di mana sebagian karyawan
menghadapi periode sibuk sementara karyawan lainnya relatif santai. Misalnya,
di saat sebagian karyawan bagian persediaan relatif santai (pekerjaannya
relatif tidak banyak), mereka akan diperbantukan pada bagian kasir bila antrian
di kasir supermarket mulai memanjang.
5. Meningkatkan partisipasi para pelanggan
Perusahaan dapat mengupayakan
keterlibatan pelanggan sebagai coproducer dalam tugas-tugas tertentu
(komponen jasa yang bersifat customer self-service), misalnya pasien
mengisi sendiri catatan medisnya, konsumen menaruh sendiri barang-barang belanjaannya
di supermarket, dan pelanggan mengambil sendiri makanan dan minuman yang
dipesan di restoran fast food.
Diferensiasi
kompetitif
Pengertian Diferensiasi
Philip Kotler memberikan definisi dari diferensiasi adalah tindakan merancang
satu set perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari
penawaran pesaing.1 Menurut Kartajaya diferensiasi adalah semua upaya yang
dilakukan perusahaan untuk menciptakan perbedaan diantara pesaing dengan tujuan
memberikan nilai yang terbaik untuk konsumen. Strategi diferensiasi adalah
suatu strategi yang dapat memelihara loyalitas pelanggan dimana dengan
menggunakan strategi diferensiasi, pelanggan mendapat nilai lebih dibandingkan
dengan produk lainnya.2 Menurut John A Pearce dan Richard B Robinson diferensiasi
adalah suatu strategi bisnis yang berusaha untuk membangun keunggulan
kompetitif dengan produk atau jasa dengan membedakannya dengan produk-produk
lain yang tersedia, berdasarkan pada features kinerja, atau faktor-faktor
lainnya yang tidak secara langsung terkait dengan biaya dan harga. Sehingga
perbedaan tersebut akan menjadi sesuatu yang susah untuk dirancang atau sesuatu
yang susah untuk ditiru.3 Suatu strategi diferensiasi yang sukses memungkinkan
bisnis untuk menyediakan produk atau jasa yang dimata pembeli memiliki nilai
lebih tinggi pada “biaya diferensiasi” yang lebih rendah dibandingkan dengan
“nilai premium” bagi pembeli. Dengan perkataan lain, pembeli merasa bahwa biaya
tambahan yang dikeluarkannya untuk membeli produk atau jasa jauh dibawah nilai
produk atau jasa tersebut bila dibandingkan alternatif lainnya yang tersedia. 1
Philip Kotler. Manajemen Pemasaran.
0 komentar:
Posting Komentar