Manajemen
Operasi - Persediaan
1. Pengendalian Internal Atas
Persediaan
Persediaan
digunakan untuk menggambarkan barang dagangan yang disimpan untuk dijual
kembali dan bahan yang digunakan untuk proses produksi. Pengendalian internal
bisa bersifat preventif (pencegahan) atau pun detektif.
Pengendalian preventif dibuat untuk mencegah kesalahan sedangkan pengendalian
detektif untuk menemukan kesalahan yang telah terjadi.
Pengendalian
untuk melindungi persediaan melibatkan pembentukan dan penggunaan tenaga
keamanan untuk mencegah kerusakan persediaan atau pencurian. Pemakaian sistem
persediaan perpetual menyediakan cara yang efektif untuk pengendalian atas
persediaan. Jumlah setiap jenis barang dagang tersedia dalam buku besar
pembantu persediaan. Untuk memastikan kebenaran jumlah persediaan yang
dilaporkan dalam laporan keuangan, perusahaan dagang harus melakukan perhitungan
fisik persediaan. Dalam sistem persediaan perpetual, persediaan fisik
dibandingkan dengan catatan persediaan untuk menentukan besarnya penyusutan.
Syarat-syarat
pengiriman menentukan kapan hak milik barang berpindah tangan. Jika syarat
pembelian atau penjualan adalah FOB tempat pengiriman (FOB shipping point),
maka penyerahan barang dilakukan pada pelabuhan si penjual sehingga si pembeli
yang menanggung biaya pengangkutan. Jika syarat pembelian dan penjualan
FOB tempat tujuan (FOB destination), maka si penjual menyerahkan barang
kepada si pembeli di pelabuhan si pembeli sehingga biaya pengangkutan
ditanggung oleh si penjual.
2. Pengaruh
Kesalahan Persediaan Terhadap Laporan Keuangan
Setiap
kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan
laba rugi. Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan
mengakibatkan kekeliruan penyajian saldo persediaan akhir, aktiva lancar, dan
total aktiva pada neraca. Selain itu akan menimbulkan kekeliruan
penyajian harga pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih pada laporan laba
rugi. Kemudian, karena laba bersih ditambahkan ke modal pemilik pada akhir
periode, maka ekuitas pemilik juga akan salah. Kesalahan dalam perhitungan
fisik persediaan akan terlihat pada periode setelah terjadinya kesalahan. Oleh
karena itu, laporan keuangan periode sebelumnya harus dikoreksi.
3. Asumsi-asumsi Arus Biaya Persediaan
Ada
tiga asumsi arus biaya persediaan yang digunakan dalam bisnis. Masing-masing
asumsi ini dihubungkan dengan satu metode perhitungan biaya persediaan.
Jika
perusahaan menggunakan metode masuk pertama-keluar pertama (first-in,
first-out—FIFO), persediaan akhir terdiri dari harga pokok yang berasal
dari pembelian terakhir. Jika perusahaan menggunakan metode masuk
terakhir-keluar pertama (last in, first out—LIFO), persediaan akhir
terdiri dari biaya atau harga pokok yang berasal dari pembelian paling awal.
Jika yang digunakan adalah metode biaya rata-rata (average cost
method) maka biaya unit dalam persediaan adalah rata-rata dari biaya
pembelian.
4.
Metode Perhitungan Biaya
Persediaan Pada Sistem Persediaan Perpetual
4.1
Metode First-In, First-Out (FIFO)
Sebagian
besar perusahaan mengeluarkan barang sesuai urutan, terutama untuk
barang-barang yang tidak tahan lama dan produk-produk yang modelnya cepat
berubah. Contoh, toko yang menjual mie instan menyusun produknya dalam rak-rak
berdasarkan tanggal kadarluasanya. Metode FIFO konsisten dengan pergerakan
barang dagang. Metode FIFO juga memberikan hasil yang sama dengan yang
diperoleh melalui pengidentifikasian biaya khusus setiap barang yang dijual dan
yang ada dalam persediaan. Jika perusahaan menggunakan metode FIFO, biaya-biaya
dimasukkan dalam harga pokok penjualan sesuai dengan urutan terjadinya biaya
tersebut.
4.2
Metode Last-In, First-Out (LIFO)
Jika sebuah perusahaan menggunakan metode LIFO dalam sistem persediaan
perpetual, maka biaya dari unit yang dijual merupakan biaya pembelian paling
akhir. Pada saat perusahaan menggunakan metode LIFO, buku besar persediaan
kadang-kadang dicatat hanya dalam unit barang.
Pemakaian metode LIFO pada awalnya jarang terjadi, di mana unit-unit yang
dijual diambil dari unit-unit yang dibeli paling akhir. Sekarang ini, LIFO
sering digunakan dalam situasi di mana LIFO tidak mencerminkan arus fisik
barang.
4.3
Metode Biaya
Rata-Rata
Metode biaya rata-rata digunakan dalam sistem
persediaan perpetual, biaya rata-rata per unit untuk masing-masing barang
dihitung setiap kalipembelian dilakukan. Biaya per unit
digunakan untuk menentukan harga pokok setiap penjualan sampai pembelian
berikutnya dilakukan dan rata-rata baru dihitung. Teknik perhitungan rata-rata ini dinamakan dengan rata-ratabergerak.
4.4
Sistem
Persediaan Perpetual yang Terkomputerisasi
Pencatatan
untuk persediaan perpetual telah dilakukan dengan menggunakan komputer. Sebagai
contoh pemakaian komputer dalam catatan persediaan perpetual, untuk toko-toko
eceran dijelaskan sebagai berikut:
a.Rincian
untuk setiap jenis persediaan, seperti jumlah, dan ukuran unit, disimpan dalam
catatan persediaan.
b.
Barang
yang dibeli atau dikembalikan oleh pelanggan, data persediaan dimasukkan dalam
catatan dan file persediaan yang ada di komputer.
c.
Barang yang terjual, petugas penjualan memindahkan kode barang dari barang yang
terjual dengan pemindah optik.
d.
Setelah
dilakukan perhitungan fisik persediaan, data dimasukkan dalam komputer.
Sistem tersebut dapat membantu manajer dalam mengelola jumlah persediaan dan
dapat menyediakan data bagi manajer untuk mengembangkan dan menyempurnakan
strategi pemasaran.
5. Metode Perhitungan Biaya Persediaan Pada Sistem
Persediaan Periodik
Sama seperti sistem persediaan
perpetual, asumsi arus biaya harus dibuat pada saat unit-unit dibeli dengan
harga yang berbeda selama satu periode. Dalam hal ini digunakan metode FIFO, LIFO,
atau biaya rata-rata.
5.1
Metode First-In, First-Out (FIFO)
Contoh metode
FIFO:
05
Maret
Persediaan:
200 unit @$9
$1.800
12
April
Pembelian:
300 unit @$10
$3.000
21
Oktober
Pembelian:
400 unit @$11
$4.400
15
November
Pembelian:
100 unit @$12
$1.200
Tersedia
untuk dijual selama tahun
berjalan 1.000
unit
$10.400
Perhitungan fisik pada tanggal 31 Desember memperlihatkan bahwa 300 unit
belum terjual. Dengan menggunakan metode FIFO, harga pokok dari 700 unit
yang telah terjual ditentukan sebagai berikut:
Biaya paling awal, 5 Mar
200 unit @
$9 $1.800
Biaya
paling awal berikutnya, 12 Apr 300 unit
@$10 $3.000
Biaya
paling awal berikutnya, 21 Okt 200 unit
@$11 $2.200
Harga
Pokok
Penjualan
700
unit
$7.000
Dengan mengurangi harga pokok penjualan sebesar $ 7.000 dari $ 10.400 barang
dagang yang tersedia untuk dijual menghasilkan nilai persediaan sebesar
$
3.400 per 31 Desember. Persediaan sebesar $ 3.400 terdiri dari harga pokok
paling akhir untuk barang yang dimaksud.
5.2
Metode Last-In, First-Out (LIFO)
Berdasarkan data yang terdapat dalam contoh FIFO, harga pokok terdiri dari 700
unit persediaan ditentukan sebagai berikut:
Biaya
paling akhir, 18
Nov
100 unit
@$12 $1.200
Biaya
paling akhir berikutnya, 21 Sep
400 unit
@$11 $4.400
Biaya
paling akhir berikutnya, 10 Mar
200 unit
@$10 $2.000
Harga
Pokok
Penjualan
700
unit
$7.600
Dengan mengurangi harga pokok penjualan sebesar $ 7.600 dari $ 10.400 barang
dagang yang tersedia untuk dijual menghasilkan $ 2.800 sebagai nilai persediaan
per 31 Desember. Persediaan sebesar $ 2.800 terdiri dari harga pokok paling
awal untuk barang ini.
5.3
Metode Biaya Rata-rata
Apabila metode ini digunakan, biaya-biaya dibandingkan terhadap pendapatan
sesuai dengan rata-rata per unit harga pokok penjualan.
Biaya
rata-rata per unit :$
10.400/1.000 unit = $10,40
Harga
pokok penjualan :700 unit x $ 10,40 = $7.280
Dengan mengurangi harga pokok penjualan sebesar $ 7.280 dari $ 10.400 barang
dagang yang tersedia untuk dijual, akan diperoleh nilai persediaan per 31
Desember sebesar $ 3.120.
6.
Membandingkan Metode Perhitungan Biaya Persediaan
Ketiga metode tersebut akan menghasilkan jumlah yang berbeda
untuk harga pokok penjualan periode berjalan, laba kotor (dan laba bersih)
periode berjalan, dan persediaan akhir.
6.1
Menggunakan Metode FIFO
Penggunaan metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi. Namun,
tingginya laba kotor hanya bersifat sementara karena nilai persediaan harus
diganti dengan harga yang terus meningkat. Bahkan neraca akan melaporkan
persediaan akhir barang dagang pada jumlah yang kurang lebih sama dengan biaya penggantian
saat ini.
6.2
Menggunakan Metode LIFO
Metode LIFO menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih
tinggi, jumlah laba kotor yang lebih rendah, dan nilai persediaan akhir yang
lebih rendah dibandingkan dua metode lainnya.
6.3
Menggunakan Metode
Biaya Rata-rata
Metode biaya rata-rata merupakan titik tengah antara
FIFO dan LIFO. Dampak dari harga dirata-ratakan dalam
menentukan harga pokok penjualan dan persediaan akhir.
7.
Penilaian Persediaan Selain dari Harga Pokok
Biaya
merupakan hal pokok dari penilaian persediaan. Dalam sejumlah kasus, persediaan
bisa dinilai selain dari biaya. Dua hal tersebut muncul apabila biaya
penggantian barang-barang persediaan lebih rendah daripada biaya yang tercatat
dan persediaan tidak dapat dijual pada harga normal.
7.1
Penilaian pada
Mana yang Lebih Rendah antara Harga Pokok atau Harga Pasar
Jika biaya
penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada biaya pembeliannya, maka
metode mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar (lower of
cost or market method—LCM) digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar
adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan Biaya dan
biaya penggantian dapat ditentukan untuk setiap jenis barang dalam persediaan
dan persediaan secara keseluruhan.
7.2 Penilaian pada Nilai Realisasi Bersih
Barang dagang
yang telah rusak, cacat atau yang hanya bisa dijual dengan harga di bawah harga
pokok harus diturunkan nilainya. Barang dagang tersebut harus dinilai dengan
nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih adalah harga jual dikurangi
biaya pelepasan langsung.
8.
Penyajian Persediaan Barang Dagang di Neraca
Persediaan barang dagang biasanya disajikan dalam aktiva lancar di neraca.
Metode yang digunakan untuk menentukan biaya persediaan (FIFO, LIFO, atau biaya
rata-rata) dan metode penilaian persediaan (biaya atau LCM) harus dicantumkan.
9.
Mengestimasi Biaya Persediaan
9.1
Metode Eceran untuk Perhitungan Biaya
Persediaan
Metode persediaan eceran mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan harga
pokok barang dagang yang tersedia untuk dijual dengan harga eceran barang
tersebut. Untuk menggunakan metode ini, harga eceran dari semua barang dagang
harus ditotalkan. Kemudian,
persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode
berjalan dari harga eceran barang yang tersedia untuk dijual selama periode
bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalikan
persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual barang yang tersedia
untuk dijual.
9.2 Metode Laba Kotor untuk Pengestimasian Persediaan
Metode laba kotor
menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengestimasi
persediaan pada akhir periode. Dengan menggunakan tingkat laba kotor, jumlah
penjualan untuk suatu periode dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu laba
kotor dan harga pokok penjualan.
10. Analisis Keuangan dan Interpretasi
Sebuah
perusahaan dagang harus menyimpan persediaan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan pelanggannya. Persediaan yang berlebihan dapat menambah beban seperti
penyimpanan, asuransi dan pajak properti. Selain itu juga meningkatkan risiko
kerusakan, penurunan harga, atau perubahan pola pembelian pelanggan. Dua ukuran
untuk menganalisis efisiensi dan efektivitas pengelolaan persediaan perusahaan
adalah perputaran persediaan dan jumlah hari penjualan dalam persediaan.
Perputaran persediaan mengukur hubungan antara volume barang dagang dengan
jumlah persediaan selama periode berjalan.
Jumlah hari penjualan dalam persediaan adalah ukuran mengenai lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk membeli, menjual dan mengganti persediaan.
0 komentar:
Posting Komentar